Monday, March 10, 2008

Perkembangan Remaja (Psikolog Pendidikan)

Nama: Ahmad Syaeful Rahman

NIM : 107013000045
Dosen Pembimbing : Drs. Darsana, M.Psi

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
BAHASA INDONESIA



Perkembangan Remaja Putra-Putri

Sumber Bahan
Judul Buku/Buletin : kaset TELAGA No. T056A
Penulis/Narasumber : --
Penerbit : --
Halaman : --

Yang disebut remaja adalah anak-anak yang berusia sekitar 11 -- 20 tahun. Masa remaja adalah masa pertumbuhan, jadi anak-anak remaja ini belum mencapai bentuk akhir dari tubuhnya.

Bagi remaja pria, pada waktu-waktu tertentu suaranya akan berubah sebagai bagian dari perubahan fisik yang khas bagi pria. Yang penting hal ini dirayakan, dalam pengertian dimengerti dan disambut. Jangan sampai si anak pria ini menjadi malu karena diolok-olok oleh orang tuanya, suaramu kok jadi begini, sebentar kecil, sebentar keras, sebentar tinggi, sebentar rendah, sebentar seperti perempuan, kok tidak pecah seperti pria lainnya. Hal seperti ini sebaiknya jangan dipermasalahkan oleh orang tua.

Remaja putri juga mengalami suatu perubahan yang besar ketika dia mengalami masa haidnya yang pertama. Perubahan yang paling utama dan yang pasti terjadi dalam diri remaja, baik yang putra maupun yang putri adalah terjadi perubahan hormonal. Di mana mulailah diproduksi hormon-hormon pria pada diri si anak atau remaja pria. Misalnya, hormon testosteron, akibat hormon ini remaja pria mengalami perubahan pada suaranya, juga perubahan pada bentuk tubuh dengan akan munculnya bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tidak ada pada remaja putra. Tanda jelas lainnya adalah pada umumnya dengan adanya perubahan hormon tersebut, si remaja putra mulai mengembangkan rasa ketertarikan kepada lawan jenisnya, yaitu wanita. Dan rasa ingin dikagumi serta disukai oleh wanita ini adalah salah satu ciri yang dominan dalam perkembangan remaja putra. Sebenarnya, ini merupakan suatu masa yang unik bagi manusia yang menginjak usia remaja putri dan remaja putra. Karena menurut teori, dan memang kenyataannya kita lihat, secara fisik perempuan itu pada masa ini tinggi dan ukuran badannya bisa jauh lebih tinggi duluan daripada remaja putra.

Ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal siapa yang akan disukai. Remaja putri cenderung menyukai remaja putra yang matang, lebih besar, suaranya lebih berat, serta pikirannya juga lebih matang, dia akan memiliki daya tarik yang kuat. Karena kebanyakan remaja putri menyenangi figur-figur pria yang seperti itu.

Yang mungkin menjadi masalah adalah tidak semua remaja pria itu bisa bertumbuh tinggi dan juga tidak semua remaja putri itu tubuhnya langsing-langsing. Di sini peranan orang tua cukup penting.

  • Pertama, mereka harus peka, bahwa hal-hal yang bersifat fisik itu sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa remaja.
  • Kedua, yang kita tekankan kepadanya adalah bahwa yang akhirnya menjadi kunci keberhasilan dia diterima bukanlah bentuk tubuhnya, melainkan isi hatinya.

Mazmur 119:41,42 berkata, "Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya TUHAN, keselamatan dari pada-Mu itu sesuai dengan janji-Mu, supaya aku dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku, sebab aku percaya kepada firman-Mu."

Konsep diri yang benar bagi anak-anak remaja itu penting sekali. Dan konsep yang benar itu berasal dari pengenalan yang benar akan siapa Tuhannya. Tuhan adalah Tuhan yang mendatangkan kita atau mendatangi kita dengan kebaikan-Nya. Tuhan yang mengasihi kita dan menciptakan kita. Jadi, konsep diri itu jangan sampai berkisar dari firman Tuhan sehingga dikatakan aku bisa memberi jawab kepada orang yang mencela aku. Pada masa remaja, saya kira banyak celaan-celaan terhadap diri sendiri, ia harus percaya pada yang firman Tuhan katakan.

Masalah Remaja
Sumber Bahan
Judul Buku/Buletin : TELAGA - Kaset T002A (Edisi e-Konsel 048)
Penulis/Narasumber : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D
Penerbit : --
Halaman : --

Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Di masa ini seorang anak mulai mencari jati diri mereka. Permasalahan yang sering timbul biasanya seputar hubungan mereka dengan orangtua. Bagaimanakah sikap yang tepat dari orangtua dan anak dalam masalah ini, apa yang harus mereka lakukan, dan bagaimana tanggung jawab mereka? Silakan menyimak tanya jawab dengan Pdt. Paul Gunadi, Ph.D berikut ini!

T : Bagaimana hubungan antara orangtua dan remaja sehingga kadang menimbulkan masalah-masalah di antara remaja?
J : Dr. James Dobson, pakar konseling kristen di Amerika Serikat yang dikenal dengan sindikat radionya \'Fokus on the Family\', pernah berujar bahwa tidak ada jaminan bahwa orangtua yang baik akan menghasilkan anak yang baik. Maksudnya adalah akan ada kasus di mana anak-anak akan memilih jalan yang keliru meskipun mereka dibesarkan dalam rumah tangga yang solid, yang baik, yang mengasihi mereka, yang mendidik mereka dengan sehat. Contohnya perumpamaan Tuhan Yesus tentang anak yang hilang, di situ kita melihat bahwa si ayah mempunyai dua anak dan dia membesarkan anaknya dengan baik tapi si anak bungsu pada waktu sudah menginjak usia remaja atau dewasa memutuskan untuk keluar dari rumah dan hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan lepas dari bimbingan orangtuanya.

Jadi tidak tepat kalau kita mempersalahkan orangtua untuk semua masalah yang dihadapi oleh para remaja. Tetapi saya juga harus menekankan bahwa anak-anak adalah produk langsung dari orangtua, dan bukan produk langsung dari pendidikan atau sekolah atau gereja. Tanggung jawab untuk membesarkan anak diletakkan pada pundak orangtua, bukan pada para pendidik di sekolah maupun pada rohaniwan di gereja. Jadi kita juga harus mengakui bahwa kehidupan dan cara orangtua membesarkan anak benar-benar berdampak besar sekali pada perkembangan anak remaja kita, karena orangtua sebetulnya adalah contoh atau model hidup bagi si anak. Maksudnya, banyak hal-hal kecil yang tanpa disadari disampaikan kepada anak melalui gaya hidup atau interaksi orangtua dan anak. Kita pun sebagai orang dewasa sekarang akan bisa mengakui bahwa kita dibesarkan di rumah yang tidak sempurna karena orangtua kita pun tidak sempurna. Ada hal-hal tentang orangtua kita yang kurang begitu baik tidak kita terima, tidak kita adopsi tetapi hal-hal yang baik dari orangtua kita, yang kita adopsi. Tapi tidak bisa kita sangkali pula bahwa akhirnya cukup banyak hal-hal yang tidak sempat kita pikirkan, apakah itu baik atau tidak, namun sudah telanjur kita serap, kita masukkan menjadi bagian dalam hidup kita. Nah, itulah yang pada akhirnya mempengaruhi masa pertumbuhan anak itu.
T : Memang harus diakui seringkali orangtua berlaku tidak konsisten menghadapi anak remajanya. Sering kita dengar orangtua berkata kepada anaknya agar jangan mencontohnya dalam hal yang jelek, yang baik-baik saja yang dicontoh. Bagaimana dengan pernyataan seperti itu?
J : Kalau contoh yang jelek itu tidak parah, anak akan memaafkan artinya anak akan menerima. Tapi kalau contoh yang jelek itu kebetulan sangat jelek, anak sukar memaafkan, misalnya si ayah kalau marah memukuli anak habis-habisan kemudian setelah memukuli, melihat anaknya menangis kesakitan, ayah akan berkata: "Maaf saya tadi khilaf, saya harap engkau memaafkan ayah dan nanti kalau sudah dewasa engkau jangan mengikuti sifat ayah yang pemarah ini." Kalau hal itu terjadi berulang kali. Saya duga apa yang orangtua katakan tadi justru akan membuat si anak tambah marah, tambah membenci orangtuanya sebab bagi si anak pernyataan seperti itu hanyalah basa-basi, tidak ada bobot kesungguhannya atau ketulusannya.

Tetapi kalau kalau kesalahan yang sederhana, misalnya, kadang- kadang si ayah terlambat mengantar atau menjemput anaknya, dia berkata: "Aduh, engkau jangan ikuti sifat ayah yang suka terlambat ini." Hal kecil seperti itu oleh anak akan dimaafkan dan dilupakan.
T : Apa tanggung jawab remaja dalam hal ini?
J : Pertanyaan yang bagus. Kita tidak bisa menimpakan semua kesalahan pada orangtua sebab orangtua adalah manusia biasa yang tidak sempurna. Jadi saya pikir anak remaja perlu menyadari bahwa orangtua sebetulnya tidak selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk membesarkan anak, gaya mengorangtuai yang paling sehat atau cara berkomunikasi yang paling cocok dengan anak-anak remaja. Jadi anak remaja saya himbau untuk menerima orangtua sebagai manusia yang tidak sempurna, selain itu anak remaja juga perlu menyadari bahwa orangtua acapkali mengambil tindakan yang tidak disukai oleh anak remaja karena ketakutan orangtua akan terjadi musibah, salah langkah, salah bertindak yang dilakukan oleh anak mereka sehingga berakibat fatal. Saya ingin sampaikan Firman Tuhan yang saya ambil dari Amsal 23:22-25,
"Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua. Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian. Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia. Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau."
Ini nasihat dari Firman Tuhan, anak remaja belilah kebenaran meski orangtua mungkin kurang benar tapi engkau bertanggung jawab untuk hidup benar sesuai dengan yang sudah Tuhan tunjukkan kepadamu. Juga Firman Tuhan berkata: "demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian", hikmat dan didikan Tuhan serta pengertian itu jangan kita tinggalkan dan di sini ditutup dengan ayah seorang yang benar, artinya jikalau engkau anak remaja yang benar, hidup dalam kebenaran Tuhan, yang akan bersorak-sorai adalah orang tuamu. Firman Tuhan menutup dengan berkata bahwa bagi yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia. Biarlah engkau anak remaja jadi orang yang bijak, berhikmat memilih yang benar demi Tuhan karena engkau pun bertanggung jawab langsung kepada Tuhan. Engkau tidak bisa mempersalahkan orangtuamu untuk keputusan-keputusan yang berdosa yang engkau ambil, kelak engkau harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan Yesus dan itu harus kau ingat, anak remaja.

Ketergantungan Remaja pada Obat-Obatan

Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap godaan, demikian pula dengan rasa keingintahuan mereka akan segala hal. Kondisi seperti ini sering menjerumuskan mereka pada obat-obatan terlarang sehingga banyak dari mereka yang menjadi pecandu obat perusak ini. Simak Kolom TELAGA dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D. berikut ini yang mengungkap liku-liku remaja yang menderita ketergantungan pada obat-obatan terlarang.

T :

Akhir-akhir ini makin banyak remaja atau anak-anak muda yang tergantung pada obat-obat bius. Sebenarnya gejala ini, gejala yang bagaimana?

J :

Sebetulnya ini merupakan buah dari mulai pecah atau rapuhnya pernikahan dalam keluarga. Seringkali kasus-kasus penggunaan alkohol atau obat-obat terlarang itu muncul dalam sistem keluarga yang bermasalah, dimana pengawasan orangtua terhadap anak tidak efektif atau berkurang, dan anak-anak itu akhirnya mulai bisa melakukan hal-hal yang melanggar hukum.

-----
T :

Bagaimana awalnya mereka memakai obat-obatan ini?

J :

Tahap PERTAMA, yang disebut sebagai tahap coba-coba karena melihat teman-temannya menggunakan atau ditantang oleh teman- temannya. Biasanya kalau hanya tahap coba-coba, tidak akan menjadi suatu ketergantungan yang permanen.

Tahap KEDUA, tahap pemakaian sosial atau rekreasional. Orang- orang mulai menggunakan obat-obatan ini bukan sekadar untuk coba-cobai, melainkan untuk konteks atau suasana yang bersifat rekreasi, pesta dengan teman. Mulailah mereka menggunakan ekstasi pada waktu pesta bersama-sama dengan teman. Mungkin mereka hanya menggunakan seminggu sekali dan kalaupun makan paling hanya satu pil, pada tahap ini memang belum terjadi ketergantungan tapi sudah mulai ada usaha untuk mendapatkannya.

Tahap KETIGA, tahap yang sebetulnya pemakaiannya belum begitu kronis dan akut sehingga pemakaiannya lebih dari sosial tapi mulai membeli untuk kepentingan sendiri.

Tahap KEEMPAT, tahap yang lebih serius, dimana orang mulai kecanduan dan apabila dia tidak mendapatkan obat tersebut, hidupnya akan sangat terpengaruh, dia tidak bisa tenang, terganggu sekali. Jadi, obat bius menjadi bagian hidupnya yang sangat sentral, tidak bisa tidak, dia harus mendapatkan obat itu.

------
T :

Bagaimana ciri-ciri dari pemakai obat-obatan itu?

J :

PERTAMA, pada anak-anak remaja akan terlihat perubahan perilakunya, ia tiba-tiba tidak suka bergaul dengan teman- temannya yang dulu. Misalkan dia sebelumnya aktif di gereja, tiba-tiba sekarang tidak mau lagi ke gereja dan teman-temannya pun mulai berbeda, itu harus kita waspadai.

KEDUA, biasanya, tiba-tiba anak remaja itu membutuhkan uang yang banyak karena memang obat-obat itu harganya mahal sekali. Secara realistik, satu minggu kalau mereka cukup sering memakainya, bisa menghabiskan ratusan ribu, biaya yang sangat besar.

KETIGA, mereka mulai berbohong. Mereka berkata mau pergi ke suatu tempat, tapi mereka tidak pergi ke sana, dan tentang uang, misalnya, kita bertanya, "Mana benda yang kaubeli, mana barang yang kaubeli?" Ia akan mengatakan, "Tidak jadi beli, tadi uangnya dicuri." Di sini kita bisa melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres sebab ia telah berbohong.

KEEMPAT, ia mulai melawan kalau keinginannya tidak dituruti. Dulu biasa-biasa saja, tapi sekarang kalau kita tolak permintaannya, terutama yang berkaitan dengan uang, dia marah sekali, dan dia harus mendapatkan uang itu.

KEEMPAT, hal ini cukup baik kita gunakan untuk menilai apakah anak kita ini mulai bermain-main dengan obat-obatan terlarang. Biasanya, orangtua baru menyadari bahwa anaknya itu kecanduan obat-obat setelah keadaannya sudah cukup parah.

------
T :

Kalau tanda-tanda itu sudah mulai tampak dan kita tidak menghendaki anak remaja kita terjerumus lebih dalam, sebagai orangtua langkah apa yang bisa kita lakukan?

J :

PERTAMA, kita harus memaksa dia untuk mengaku. Kemungkinan besar dia tidak akan mengaku, jadi cara terampuh adalah tidak memberinya uang lagi. Pada saat dia tidak punya uang, dia akan mulai memberikan reaksi karena dia sangat membutuhkan uang. Dia akan mulai marah, melawan, dan menuntut kita agar memberikan uang. Di saat itulah kita memaksa dia untuk mengaku.

KEDUA, kita bisa membawa dia kepada seseorang untuk dibimbing secara pribadi. Jadi, kalau dia sudah menjadi pecandu, dia harus dilepaskan dulu, istilahnya adalah ditoksifikasi. Ditoksifikasi adalah pelepasan dari ketergantungan itu, dia harus dibawa ke rumah sakit jiwa atau rumah-rumah perawatan dan di sana diturunkan kadar ketergantungannya secara bertahap sehingga setelah dirawat di rumah sakit itu, dia benar-benar bisa lepas dari ketergantungan terhadap obat-obatan, tapi itu bagian awal dari perawatan. Setelah dia lepas dari ketergantungan, barulah dibimbing secara lebih intensif tentang duduk permasalahannya. Dari jenis obat yang dia gunakan, kita bisa mengetahui apa yang sedang menjadi pergumulan hidupnya. Misalnya, orang yang menggunakan kokain kemungkinan besar mempunyai hidup yang begitu menjenuhkan, tidak ada lagi semangat hidup. Kebalikannya, orang- orang yang menggunakan mariyuana atau heroin atau opiet-opiet, opium-opium seperti morfin dan sebagainya adalah orang-orang yang memang ingin tenang, melarikan diri dari masalah-masalah hidupnya.

KETIGA, setelah dia mulai lepas dari obat itu, baru kita masuk ke akar permasalahannya, kita mencoba untuk mengoreksinya.

KEEMPAT, kita merehabilitasi dia untuk kembali kepada masyarakat. Untuk ini, kita memang harus melengkapinya dengan ketrampilan hidup yang lain dan ketrampilan mengatasi stress karena selama ini stress diatasi dengan obat-obatan. Kita harus melatih dia untuk bisa menggunakan cara lain yang sehat dan bagaimana akhirnya memisahkan diri dari teman-temannya karena faktor teman merupakan faktor lingkungan luar biasa kuatnya.

http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/083/



No comments: